Badan Kromatin pada ginospermium
Barr dari
University of Western Ontario USA melakukan penelitian badan kromatin pada
kucing betina dan kucing jantan di tahun 1940. Ia menemukan adanya badan
kromatin pada sel-sel syaraf kucing betina,. Kucing jantan tidak memilikinya.
Kemudian penyelidikan itu dilakukan pada manusia dengan memeriksa sel-sel
selaput lender mulut pada perempuan dan laki-laki. Hasil penelitian itu
menunjukkan selaput lender perempuan memiliki badan kromatin letaknya di tepi
(priferi) dekat dinding inti sel dan bentuknya bulat. Hal yang sama juga
ditemukan pada sel darah putih (lekosit) perempuan.. Bentuk badan kromatin
tersebut berbentuk seperti pemukul gendering atau “drumstick” , yang disebut
juga “Badan Barr”, dan kromatin kelamin. Ia menyimpulkan perempuan memiliki
kromatin kelamin atau seks kromatin positif sedangkan laki-laki tidak.
Mary F. Lyon
seorang ahli genetika dari Inggris pada tahun 1962 melakukan penelitian badan
kromatin itu. Ia berpendapat bahwa kromatin kelamin itu salah satu dari
kromosom X yang terdapat pada inti sel tubuh wanita. Wanita memiliki 2 kromosom
kelamin XX. Kromosom X itu menghisap zat warna banyak dan merupakan kromosom X yang
kompak, bersifat non-aktif. Non-aktif artinya kromosom kelamin tidak memberikan
pengaruh positif pada fenotip, sedangkan kromosom X yang satu subtansinya
berkurang, aktif memberikan pengaruh pada fenotip.
Mckusick pada
tahun 1964 mengemukan pendapatnya tentang kromatin kelamain. Ia berpendapat
bahwa semua sel itu yaitu 2 kromosom X pada wanita dan kromoson kelamin pada
pria (ginospermium) memiliki sel kelamain. Menurutnya kadang-kadang kromosom
kelamin itu tidak tampak atau pada saat dselidiki posisinya kurang
menguntungkan sehingga tidak berada di tepi dinding inti sel yang membuatnya sulit
dikenali. Seain itu mungkin kareana faktor teknik lainnya.
Berdasarkan
pendapat Mckusick dan Mary F Lyon serta Barr, membuat analisis badan kromatin
pada ginospermium dengan hukum pertama Mendel: “The Low of Segregation of
Allelic Genes”. Analisisnya mulai dengan seorang pria memiliki anak dengan
seorang wanita. Misalkan anak itu berjenis kelamin laki-laki.
Ibu Bapak
22 X haploid 22 X haploid 22 Y haploid
Anak laki-laki
Jika anak itu
bertumbuh menjadi dewasa secara normal dan ia menika dengan wanita normal
kemudian memiliki anak perempuan. Maka penentuan jenis kelaminnya sebagai
berikut:
Ibu
Bapak
22 X
haploid
22 X haploid 22 Y haploid
Anak perempuan
Dari skema
yang pertama terlihat bahwa kromosom X pada anak laki-laki yang telah menjadi
dewasa berasal dari ibu. Kemudian ketika ia memproduksi spermatozoa atau sperma
terdapat sperma pembawa kromosom X
(ginospermium) dan kromosom Y (androspermium).
Jadi menurut
hukum Mendel yang petama: “Hukum pemisahan gen yang sealel”, pada dasarnya atau
secara primitive ginospermium berasal dari tubuh wanita (ovum) sehingga ketika
ginospermium berada dalam tubuh wanita saat persetubuhan, ia lebih mudah
beradaptasi daripada androspermium. Dengan badan kromatin yang terdapat pada
ginospermium dan kromosom X yang satu pada wanita (44 XX) membuat ia lebih
memiliki daya tahan.
Daya tahan
tubuh itu berhubungan dengan rasio angka kelahiran dan kematian. Perbandingan
ratio kelahiran hingga kematian pada laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
Dalam ratio kelahiran terdapat 106 laki-laki berbanding dengan 100 perempuan
dalam satu periode. Pada usia 20 tahun rasio itu menjadi 100 laki-laki terhadap
100 pempuan. Di usia 85 tahun rasio perbandingannya berubah menjadi 62
laki-laki terhadap 100 perempuan. 2 buah kromosom X pada wanita membuat ia
lebih memiliki daya tahan terhadap penyakit dan tekanan.
Komentar
Posting Komentar