Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar
Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring
dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan
karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter.
Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 % perilaku seorang pemimpin tergantung pada
karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009).
Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi
konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu
bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi
anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya
mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara
kontekstual.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami
permasalahan anak usia sekolah dasar dalam budaya kontekstual. Selain itu juga
hasil penelitiaan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembentukan
karakter anak usia sekolah dasar.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan anak usia Sekolah
Dasar. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah dasar Katolik di kota
Merauke. Subjek penelitiannya adalah orang tua murid yang menghadiri pertemuan
dengan pihak sekolah pada tanggal 14 Februai 2011. Para orang tua murid yang
hadir diminta mengisi angket yang berisi pertanyaan seputar permasalahan yang
dialami oleh anak-anak mereka. Angket yang diisi atau dikembalikan oleh orang
tua murid berjumlah 125 buah. Jadi penelitian ini adalah penelitian jenis survei.
Metode pengambilan sampel dengan tehnik Sampling Kuota. Sampel dalam penelitiaan ini ditentukan batas
jumlahnya sesuai dengan jumlah orang tua murid yang hadir dalam pertemuan
dengan pihak sekolah. Selain itu juga tidak semua angket yang dibagikan
dikembalikan sesuai dengan jumlahnya. Maka jumlah angket yang dikembalikan
dijadikan sampel penelitian.
Hasil Penelitian
Dari hasil survei permasalahan yang dialami anak usia sekolah dasar umur 6 samapai 13 tahun melalui
angket yang kembali dibuat klasifikasi data. Hasil klasifikasi data akan
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Jumlah angka pada kolom frekuensi
menunjuk pada banyak jumlah permasalahan yang dialami oleh anak usia SD yang ditulis oleh orang tua murid.
Tabel klasifikasi bentuk permasalahan yang
dialami oleh anak usia sekolah dasar.
Permasalahan
yang Dialami Anak Sekolah Dasar
|
Jumlah /
Frekuensi
|
Malas belajar
|
43
|
Tidak patuh pada orang tua
|
43
|
Banyak Bermain
|
39
|
Emosi (cepat marah, memukul, manja, kurang percaya
diri)
|
26
|
Malas bangun pagi
|
21
|
Nonton TV terlalu lama
|
11
|
Malas membantu orang tua
|
7
|
Jumlah
Total
|
190
|
Catatan: Jumlah total lebih banyak dari jumlah responden karena ada responden
yang memberikan lebih dari satu jawaban.
Hasil pada tabel di atas dapat dikelompokkan lagi menjadi lima isu
permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar di tempat dilaksankan
penelitian. Adapun pengelompokkan permasalahan tersebut berupa Malas, Banyak bermain, Tidak Patuh pada
orang tua, Emosi, Nonton TV terlalu lama. Berikut penyajiannya dalam
bentuk grafik frekuensi dan prosentase.
Grafik frekuensi permasalahan yang dialami
anak sekolah dasar.
Grafik persentase permasalahan yang dialami
anak sekolah dasar berdasarkan data pada tabel di atas.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya subjek mengalami
permasalahan dengan kemalasan sebanyak
37 %, tidak patuh pada orang tua 22,60%,
terlalu banyak bermain 20,5%, Emosi 13%
dan nonton TV terlalu lama 5,70%.
Problem kemalasan ternyata menjadi permasalahan yang dominan. Maka nilai
kedisiplinan dan kerja keras serta pantang menyerah merupakan hal penting yang
harus diperjuangkan subjek penelitian. Para guru perlu memberikan pengalaman
para peserta didik untuk mau bekerja keras, berbudaya pantang menyerah, budaya membaca,
mandiri dan loyalitas (Hardiman, dalam Educare, Oktober 2008).
Selain itu masalah bermain cukup krusial dialami oleh anak usia sekolah.
Pada usia ini anak memang memiliki minat besar untuk bermain. Oleh karena itu
strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran semestinya menyenangkan
serta menggunakan permainan. Hal ini akan mungkin lebih disukai anak dan
mengurangi kebutuhannya untuk bermain ketika berada di rumah. Apabila keinginan
anak untuk bermain dapat diarahka maka, ketika ia berada di rumah waktunya
dapat digunakan untuk belajar atau mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Semoga hasil penelitiaan ini dapat menjadi sedikit sumbangsih dalam upaya
pembentukan karakter yang berbasis data dan kontekstual. Sehingga para peserta
didik tidak menjadi asing bagi dirinya sendiri, tidak asing juga bagi mereka
yang membimbingnya. (Tulisan ini pernah
diterbitkan di majalah Educare, Nomor 04/VIII/Juli 2011).
Komentar
Posting Komentar