Langsung ke konten utama

Efek Zeitgeist

 

Efek Zeitgeist
Suatu pemikiran atau kebijakan yang bertahan dalam satu atau dua dasawarsa bahkan lebih pada suatu budaya, bangsa dapat mempengaruhi karakter atau kepribadian masyarakatnya. Dalam bahasa Jerman disebut Zeitgeist. Istilah itu berasal dari kata Zeit yang berarti waktu, masa atau zaman, dan Geist berarti Jiwa, pemikiran. Zeitgeist merupakan pemikiran yang menjadi semangat, gaya hidup pada suatu masa, mengambarkan dan mengpengaruhi sebuah budaya dalam masa itu sendiri. Singkatnya disebut “semangat zaman”. Hegel berpendapat tidak ada seorang pun yang dapat melompat pada zaman itu. Akan tetapi zaman itu dapat menjadi pemicu terjadinya modernisasi dan berkembangnya kecerdasan suatu bangsa.
Ada berbagai respon masyarakat terhadap zaman Zeitgeist dan hal itu berkorelasi dengan kecerdasan atau pendidikan masayarakatnya. Ada orang melihat atau meresponnya dengan destruktif atau The phatology of Zeitgeist, namun ada individu yang mampu menelaah atau merespon dengan cara konstruktif dengan menjadi orang yang kreatif, produktif. Gambaran perilaku destruktif itu terdapat pada hasil-hasil penelitian tentang gangguan jiwa.
Pada Abad ke-19 gangguan Hysteria sangat banyak terjadi di Eropa. Kemudian pada Abad ke-20 gangguan Personality Disorder sering terlihat. Penelitian Rennie dan Srale pada tahun 1954 mereka menemukan bahwa variabel status ekonomi berkorelasi signifikan dengan stress.
Penelitian Holingshead (Dunham, 1964) bahwa masyarakat kelas sosial rendah diketahui tinggi prevalensi psikotik. Prevalensi neurotik lebih banyak pada kelompok sosial tinggi. Laporan penelitian yang dilakukan Dunham sendiri di tahun yang sama menemukan bahwa skizofrenia banyak dialami oleh kalangan masyarakat kelas bawah. Kemudian Notosoedirdjo (1984), melalui penelitiannya di rumah sakit jiwa Surabaya melaporkan bahwa sakit jiwa (skizofrenia) banyak berasal dari keluarga kelas sosial rendah. Kaplan dan Sadock (1994) orang yang berasal dari status ekonomi rendah lebih rentan atau 6 kali lebih banyak simtomnya dibandingkan dengan kelompok sosial ekonomi tinggi. Selanjutnya Rocville (1996) menegaskan bahwa kelompok sosial rendah memiliki prevalensi psikopatologis dibandingkan dengan masyarakat dari kelas sosial tinggi, dan keterlantaran psikososial berperan kuat dalam hal onset dan seba-sebab depresi, penyalahgunaan zat, dan gangguan perilaku. Sedangkan Markam (2003) menulis masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi lebih banyak terdapat psikoneurosis verbal, sedangkan masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah lebih banyak terdapat neurosis fisik.
Selain itu dapat jua terjadi munculnya sindrom yang terkait dengan budaya. Berikut sindrom-sindrom yany terkait dengan budaya dikutip dari Psikologi Lintas-budaya: Riset dan Aplikasi, John W Berry dkk., judul asli; Cross- cultural psychology: Research and applications, diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1999.
Amok: Menyertakan perilaku kejam, agresif berjangka waktu tertentu (biasa pada laki-laki) di mana ada upaya membunuh atau melukai seseorang. Gangguan ini dikenal di Asia Tenggara (Malaysia, Indonesia, Thailand). Amok ialah istilah Melayu berarti “ berjuang mati-matian di medan peperangan” (Westernmeyer, 1973). Amok berhubungan sangat jelas dengan perilaku pejuang Viking (berserker) yang pertama-tama memasuki medan laga (Leff, 1981) Istilah Running Amok dan Going Berserk Lazim digunakan.
Kelelahan Otak (brain fac): menyertakan persoalan-persoalan belajar akademis, sakit kepala, kelelahan mata, dan ketakmampuan berkosentrasi. Hal ini muncul secara luas pada mahasiswa Afrika Barat, sering pada awal kuliah atau persekolahan atau ujian-ujian (Prince, 1960).
Koro: melibatkan pengindraan (sensasi) bahwa penis seeorang (laki-laki) sedang berereksi kea rah daerah perut dan keyakinan kalau penis itu mengecil akan terjadi kematian. Usaha-usaha panik untuk mempertahankan penis itu agar tetap berereksi dapat mengakibatkan beberapa kerusakan fisik.
Latah: menyertakan perilaku imitatif (biasa diantara perempuan) yang tampaknya di luar kendali; gerakan-gerakan dan percakapan ditiru dan individu dalam keadaan ini patuh terhadap perintah untuk melakukan hal di luar teba perilakunya yang biasa (misalnya untuk berbicara dan melaukan hal porno). Kemunculan sering akibat dari rangsangan yang tiba-tiba dan mengejutkan. Istilah latah berarti ticklish ( perilaku yang berkali-kali dilakukan, di luar kesadaran), dalam bahasa melayu.
Pibloqtoq: melibatkan suatu ketergesa-gesaan yang tak terkendali untuk menanggalkan pakaian, kancing baju, dan menghirup udara musim dingin Arctic. Hal ini dikenal di Greenland Alaska, dan Arctic Kanada, berkaitan baik dengan kondisi lingkungan terisolir dan persediaan kalsium yang terbatas selama musim dingin.
Susto: melibatkan insomnia, apatis, depresi dan kecemasan, sering di kalangan anak-anak, biasa terbawah dibawah pengalaman ketakutan. Di antara orang dataran tinggi Andrean, hal ini dipercaya sebagai hasil kontak dengan kekuatan-kekuatan supranatural (tukang sihir, mata jahat) dan akibat kehilangan roh.
Witiko: Melibatkan suatu perasaan ketaknyamanan terhadap makanan sehari-hari dan perasaan depresi serta kecemasan, mengakibatkan pemilikan semangat Witiko (suatu monster pemakan manusia raksasa) dan sering mengakibatkan pembunuhan dan kanibalisme. Hal ini terjadi pada orang-orang Indian Kanada dan ditafsirkan sebagai bentuk ekstrim dari kecemasan yang berlebihan untuk mengalami kematian demi menghindari hasrat kanibalistiknya.
Respon konstruktif terhadap masa Zeitgeist dengan cara produktif dan kreatif. Hal ini nampak pada pemikiran dan hasil riset beberapa tokoh psikologi. Produktif berarti individu menggunakan semua tenaga, potensinya untuk membentuk dirinya, berdasarkan kapasitas kemampuan diri, yang terealisasi melalui ide-ide, karya-karya dan sebagainya. Indikatornya adalah: mencintai sepenuhnya, memiliki kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berasimilasi dengan perubahan dan bebas dari fanatisme. Semua indikator itu berhubungan dengan kreativitas.
Kreativitas merupakan hal-hal baru yang dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang ada, pandangan baru terhadap kehidupan melalui permenungan diri. Jawaban-jawaban yang telah diuji di laboratorium kehidupan nyata. Sebagaimana yang dialami oleh Viktor Frankl ketika berada di kamp konsentrasi yang membuatnya menemukan Logotherapy. Begitu juga pengalaman Carl Rogers ketika menghadiri konferensi Federasi mahasiswa Kristen sedunia di China. Pengalaman itu membuat cara pandang Rogers tentang manusia berubah. Terutama ketika ia bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang intelektual dan kultural. Hal ini membuatnya menjadi seorang yang humanis dengan tehnik terapi Client-Centered Therapi atau terapi yang berpusat pada klien.
Abraham Maslow juga mengalami pengalaman yang merubah dirinya dari seorang Behavorisme menjadi humanis. Ketika Maslow sedang mengendarai mobil untuk kembali ke rumahnya, ia dihentikan oleh suatu parade rakyat gembel yang menghentikannya. Saat itu situasinya beberapa hari setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. "Air mata mulai menetes wajahku; saat itu merubah seluruh kehidupanku dan menentukan apa yang saya lakukan sejak itu.:"Pasa saat yang sama Maslow sedang mempelajari orang-orang yang unggul dan memiliki aktuakisasi diri yang sangat baik. Tiga pengalaman membuat Maslow menjadi seorang ahli psikologi humanistik yang terkenal. Pertama, mempelajari bahviorisme. Kedua, menikah dan menjadi seorang ayah, saat kelahiran anak pertama. : Anak kami yang pertama telah mengubah diri saya sebagai seorang psikolog. Saya pandang mahluk mungil penuh misteri ini...... saya ingin menegaskan bahwa seorang yang mempunyai sendiri anak tidak mungkin menjadi seorang Behaviorisme. Ketiga, mempelajari orang-orang yang dianggapnya unggul, antara lain beberapa gurunya.
Hal-hal di atas merupakan analisis kualitatif. Ada juga analisis kuanitatif dengan statistik. Analsis efek Zeitgeist dapat juga dilakukan dengan Time Series atau analisis rangkaian waktu. Time Series adalah serangkaian pengamatan terhadap suatu peristiwa, kejadian, gejala atau variabel yang dicatat secara teliti dari waktu ke waktu menurut urutan terjadinya kemudian disusun sebagai data statistik. Fungsi dari analisis ini untuk mengetahui pola apakah bergerak secara teratur atau tidak. Kemudian dapat membuat prediksi atau estimasi berdasarkan dari data pola-pola tersebut. Dalam analisis rangkaian waktu terbentuk dari beberapa komponen yaitu Y=TCSR. Y=Time Series, T=Tren, C=Cyclical, S=Season dan R = Random. Keempat komponen itu merupakan pola gerakan. Berikut pola-pola gerakan dari komponen-komponen Time Series. Pertama, gerakan jangka panjang atau Longterm Movements / Secular Movements, grafik akan menunjukkan arah yang umum, baik menaik maupun menurun dan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama atau tren Line yang menyerupai garis putus-putus dalam kurve arah. Contohnya nilai dan peringkat Human Development Index Indonesia dari tahun ke tahun:
Tahun Nilai
1975 0,469
1985 0,582
1995 0,664
2005 0.625
2016 0,691
Peringkat HDI indonesia pada tahun 2003 rangking 110 dari 179 negara (sumber: Human Development Report).
Dari data tersebut akan terlihat tren kenaikan nilai index pembangunan manusia (IPM) di Indonesia. Dari variabel-variabel yang membentuk IPM itu misalnya pendidikan dapat diperinci lagi dengan melihat berapa banyak tenaga ahli dalam berbagai disiplin ilmu dalam setiap sepuluh tahun yang dihasilkan perguruan tinggi dan bekerja di institusi pemerintahan atau swasta, perusahaan yang bertaraf nasional dan internasional. Berapa banyak juga sumbangan ilmuwan Indonesia dalam khazanah pengembangan ilmu pengetahuan pada kurun waktu 10 tahun. Survei Scientific American tahun 1994 ilmuwan Indonesia hanya berkontribusi sekitar 0,012 pada khazanah pengembangan ilmu dunia.
Contoh lain penggunaan metode manajemen strategis dalam perusahaan, institusi pemerintah atau swasta dalam jangka waktu yang panjang. Istilah manajemen strategis akrab di dunia akademik sedangkan perencanaan strategis pada perusahaan atau pemerintahan. Perencanaan strategis mulai digunakan pada tahun 1950-an, kemudian populer pada tahun 1960-an hingga 1970-an, pada tahun 1980-an ditinggalkan, dan bangkit lagi pada tahun 1990-an hingga sekarang. Dengan analisis perusahaan akan terlihat pola penggunaan metode tersebut. Contoh lain juga penyusunan dan perubahan PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) di Indonesia yang diselenggarakan setiap sepuluh tahun) berapa banyak peserta yang berlatar belakang sarjana psikologi serta berapa banyak sumbangsi penelitian yang dilakukan berkaitan dengan PPDGJ.
Ada 4 metode untuk memperoleh general tren yaitu: rata-rata jalan (moving average), tengah rata-rata ( semi average), luisan bebas (freehand), kuadrat terkecil tahun ganjil dan tahun genap (Least deviation squares atau Least squares).
Kedua, gerakan melingkar (Cyclical Movements atau Cyclical Variaton). Siklik yang berlangsung secara berkala atau tidak. Kalau berkala akan mengulang pola yang sama pada jangka waktu tertentu. Jika tidak sama maka bukan berkala. Contoh model ini dapat terjadi pada bidang ekonomi dan perdagangan atau sederhana penggunaan tenaga listrik pada lampu jalan. Rumusnya adalah Y/ST = CR.
Ketiga, Gerakan musiman (Seasonal Variation) adalah pola yang sama dan identik atau hampir identik sepanjang tahun pada bulan yang sama. Jumlah penjualan barang-barang menjelang hari raya. Jumlah produksi pada saat panen dll.
Keempat, gerakan random (Random Variation adalah rangkaian waktu yang menunjukkan gerakkan tidak teratur yang disebabkan oleh faktor-faktor insidental, pemogokan, bencana alam, wabah, pandemi, kecelakaan dll. Contohnya adalah pembayar klaim asuransi.
Jadi ilmu statistik saat ini sudah berpadu dengan berbagai disiplin ilmu. Hampir tidak ada bidang ilmu pengetahuan yang tidak bersentuhan dengan statistik, karena statistik sudah menjadi model cara berpikir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar

Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 %   perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009). Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat.   Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama Katolik. Jantje Rasuh Abstrak Generasi muda merupakan tulang punggung Gereja, bangsa dan negara. Eksisnya Gereja akan ditentukan oleh generasi mudanya.   Begitu juga dengan pelayanan pastoral Gereja Katolik yang membutuhkan orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis. Guru agama Katolik berperan penting dalam pewartaan iman Katolik melalui kesaksian hidup, pendidikan dan pengajaran. Kurangnya orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi orang muda Katolik terhadap guru agama dan katekis. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Atas   Yoanes XXIII Merauke dan SMA Yos Sudarso Merauke. Responden berjumlah 214 orang kelas X sampai XII, terdiri dari 145 siswa SMA Yoanes XXIII dan 69 siswa SMA Yos Sudarso. Pengambilan data dengan metode angket, yaitu angket persepsi terhadap guru agama Katolik dengan nilai reliabilitas Internal

EQUILIBRIUM

EQUILIBRIUM ULAR DAN MERPATI: "Sebab itu, hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." Mat 10: 16 Tulisan di atas merupakan bagian dari isi sebuah buku yang berjudul Dipanggil untuk mencinta : Kumpulan Renungan, oleh Anthony de Mello SJ, 1995, Kanisius: Yogyakarta, hal. 54. Tulisan ini dijadikan sebuah Game yang sebenarnya membahas tentang kecerdikan "otak" dan ketulusan.Yang menarik adalah bagaimana menyeimbangkan kedua hal tersebut. Dalam prespektif yang lain namun masih dalam alur logika perbedaan kedua hal tersebut, tulisan ini mencoba membuat keseimbangan (Equilibrium) antara kecerdikan otak yang akan diganti dengan konstruk IQ (Intelligence Quotient ), ketulusan dengan SQ (Spiritual Quotient). Ada berbagai definisi tentang IQ. Berikut definisi tentang IQ dalam tulisan Sunbodo Prabowo dan Th. Dewi Setyorini, tahun 2005. Claparda dan Stern mendefinisikan IQ berupa kemampuan menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi baru atau kondisi