Langsung ke konten utama

ESTIMASI

                                                                      Estimasi

Pada postingan saya tanggal 11 Desember 2021 tentang Test-Retest terdapat pembahasan tentang hipotesis Ho (hipotesis Nol atau Nihil) dan hipotesis H1 atau hipotesis alternativ. Saya sengaja menulis hipotesis alternativ dengan simbol H1 bukan Ha karena hal ini pernah menjadi perdebatan ketika saya kuliah matakuliah Statistik 2. Ada pendapat bahwa penggunaan Ho dan H1 menunjuk pada suatu estimasi interval pada uji korelasi. Dimana uji korelasi bergerak antara 0,00 sampai +1,00 untuk korelasi positf dan 0,00 sampai -1,00 untuk korelasi negatif. Korelasi positif terjadi ketika variabel independen (x) naik, variabel dependen (Y) juga naik. Hal ini dapat juga dikatakan dengan berbanding lurus. Sedangkan korelasi negatif terjadi ketika variabel X naik, variabel Y turun atau berbanding terbalik. Kedua bentuk korelasi itu dapat dilihat pada interval koefisien korelasi untuk melihat besar kecilnyanya hubungan. Berikut norma interval koefisien korelasi:
Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,00 Sangat Kuat
Dengan demikian simbol itu berlaku pada uji korelasi untuk pendapat ini.
Pendapat lain tentang penggunaan kedua simbol tersebut hanya sebatas sebagai simbol yang membedakan. Dengan begitu simbol H1 berarti hipotesis alternatif sehingga penggunaannya tidak menjadi rancu pada uji perbedaan.
Selanjutnya bagaimana membuat suatu titik taksiran (a point estimate) dan taksiran interval atau Confidence Estimate baik pada uji asosiatif atau korelasi dan uji komparatif atau uji perbedaan. Untuk membuatnya terlebih dahulu menemukan norma teoretis. Ada beberapa tehnik membuat norma teoretis berdasarkan teori statistik. Pada kesempatan ini hanya disajikan 2 model. Yang pertama norma teoretis berdasarkan kategorisasi tatajenjang atau ordinal dan yang kedua berdasakan taraf signifikansi perbedaan.
* Kategorisasi tatajenjang
Pertama perlu menemukan mean teoretis (µ) dan standar deviasi (σ). Misalnya Skala Motivasi Berprestasi terdapat 20 aitem degan pemberian skor pada pilihan jawaban untuk aitem Favorabel: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS)= 2, Ragu-ragu (RR)= 3, Setuju (S)= 4, Sangat Setuju (SS) = 5. Sedangkan untuk aitem Unfavorabel: STS = 5, TS = 4, RR = 3, s = 2, SS = 1
Meanteoritsnya : 20 jumlah aitem X 3 (kategori setuju) = 60 (µ =60).
Deviasi satandar : 100 ( 5, sangat setuju (favorabel) dan 5, sangat tidak setuju (Unfavorabel) 5 X 20 = 100, dikurangi dengan jumlah aitem 20) kemudian dibagi 6., jadi 100 - 20 = 80 / 6 = 13,33. Dari perhitungan di atas diperoleh µ = 60, standar deviasi σ=13,33. Kemudia dimaksukkan dalam kategorisasi:
X ≤ ( µ-1,5 σ )
( µ-1,5 σ ) < X ≤ ( µ-0,,5 σ )
( µ-0,5 σ ) < X ≤ ( µ+0,5 σ )
( µ+0,5 σ ) < X ≤ ( µ+1,5 σ )
( µ+1,5 σ ) < X
X ≤ 30 Sangat Rendah
30 < X ≤ 53 Rendah
53 < X ≤ 66 Sedang
66 < X ≤ 80 Tinggi
80 < X Sangat Tinggi
Kategorisasi berdasarkan Signifikansi perbedaan
Dengan menggunakan data di atas data teoretis skala Motivasi Berprestasi. Rumusnya:
µ - t(α/2.N-1) (σ / √N ) ≤ X ≤ µ + t(α/2.N-1) (σ / √N )
µ = Mean teoretis skala
t(α/2.N-1) = harga kritis t pada signifikansi α/2 dan derajat kebebasan N-1
σ = Deviasi Standar
N = Banyaknya subjek
µ = 60 σ = 13,33 N = 50 harga kritis t(α/2.N-1)
Signifikansi α = 0,05 --------> 0,05/2 =0,025 N =50-1=49
t(α0,025; 49) = 0,021 lihat nilai tabel t.
Kemudian gunakan rumus:
µ - t(α/2.N-1) (σ / √ ) ≤ X ≤ µ + t(α/2.N-1) (σ / √ )
untuk mencari batas atas dan batas bawah.
60 - (2,02) (13/√ 50) ≤ X ≤ 60 + (2,02) (13/√ 50)
60 - (2,02) (1,83) ≤ X ≤ 60 +3,69
56,31 ≤ X ≥ 64
56 64
..................................‖..........................................‖......................................X
Rendah Sedang Tinggi
Kurang dari nilai 56 motivasi berprestasi rendah.
Lebih besar dari 64 motivasi berprestasi tinggi
Rumus untuk hasil penelitian
_ _
X - t(α/2.n-1) (s / √n ) ≤ X ≤ X + t(α/2.n-1) (s / √n )
Jadi dari kedua kategorisasi di atas peneliti dapat membuat a point estimate dan interval estimate. Misalnya hipotesisnya : Motivasi berprestasi siswa-siswa sekolah A pada umnya = 77 kategori tinggi (titik taksiran) atau skor 66 sampai lebih besar dari 85 (Confidence Estimate) untuk kategori ordinal. Sedangkan kategorisasi brdasarkan signifiansi perbedaan : motivasi berprestasi siwa-siswi sekolah A lebih besar dari skor 56 (a point estimate), atau skor 56 sampai 70 (interval estimate). Untuk membuat estimasi perlu berdasarkan data statistik misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah siswa yang lulus dan berprestasi, laporan-laporan penelitian , teori-teori tentang variabel penelitian dan sebagainya.
Jadi titik taksiran itu bersifat teoretis atau berdasarkan teori oleh karena itu masih berupa hipotesis. Maka hipotesis itu perlu dibuktikan dengan penelitian empiris, sebab hipotesis adalah pernyataan yang merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah dan dapat diuji kebenarannya.
Referensi
A. Supratiknya. (2000). Statistik Psikologi. Jakarta: PT Grasindo.
Azwar, S. (2003).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Sutrisno Hadi. (2001). Statistik. Jilid 2. Yogyakarta: Andi.
1 Komentar
Suka
Komentari
Bagikan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar

Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 %   perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009). Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat.   Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia

The Way of the Heart

                                                                     The Way of the Heart                                                            (Tulisan di bawah ini dari FB saya) Menurut Jules Chevalier masalah sosial yang dialami masyarakat Perancis setelah revolusi di abab 18 adalah individualitas, egoisme dan sikap acuh tak acuh.Ia menganalogikan masalah-masalah tersebut seperti penyakit atau wabah. Untuk mengatasi masalah tersebut menurutnya Hati Kudus Yesus adalah obatnya.Orang perlu berdevosi kepada Hati Kudus Yesus untuk menghadapi masalah tersebut. Namun yang ia maksudkan adalah sebuah gaya hidup menurut hati atau cara hidup menurut hati (the way of the heart) yang bersumber pada hati Kudus Yesus, bukan semata-mata perbuatan ritual atau kultus. Kemudian saat ini ada sekelompok orang yang ingin spiritualitas tersebut relevan dengan permasalahan hidup yang dihadapi oleh umat dan masyarakat. Hal itu berpengaruh pada proses menjadikan Jules Chevalier sebagai ora

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama Katolik. Jantje Rasuh Abstrak Generasi muda merupakan tulang punggung Gereja, bangsa dan negara. Eksisnya Gereja akan ditentukan oleh generasi mudanya.   Begitu juga dengan pelayanan pastoral Gereja Katolik yang membutuhkan orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis. Guru agama Katolik berperan penting dalam pewartaan iman Katolik melalui kesaksian hidup, pendidikan dan pengajaran. Kurangnya orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi orang muda Katolik terhadap guru agama dan katekis. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Atas   Yoanes XXIII Merauke dan SMA Yos Sudarso Merauke. Responden berjumlah 214 orang kelas X sampai XII, terdiri dari 145 siswa SMA Yoanes XXIII dan 69 siswa SMA Yos Sudarso. Pengambilan data dengan metode angket, yaitu angket persepsi terhadap guru agama Katolik dengan nilai reliabilitas Internal