Langsung ke konten utama

ELANG DAN AYAM

Seorang ibu pergi ke hutan mencari kayu bakar. Ketika ia sedang mengumpulkan kayu bakar, tiba- tiba ia menemukan 2 butir telur burung elang. Ia mengambilnya kemudian membawa kedua butir telur itu ke rumah. Sesampai di tempat tinggalnya, ia meletakkan kedua telur itu pada telur -telur 2 ekor ayam yang akan dierami masing- masing satu butir. Setelah beberapa minggu kemudian menetaslah kedua telur burung elang itu bersama dengan anak- anak ayam. Kemudian kedua anak elang itu berperilaku seperti anak ayam. Mereka mengeluarkan suara seperti anak ayam kalau terpisah dari induk ayam. Mereka tidur dibawah sayap atau diantara kedua kaki induk ayam. Suatu ketika saat mereka sedang mencari makan, bersama anak- anak ayam, terbanglah di udara seekor elang dewasa. Lalu kedua induk ayam berkata:" ayo sembunyi nanti kita bisa ditangkapnya, ia bisa membawah kita dengan cakarnya yang tajam. Demikian har berganti hari hingga bulan berganti bulan sampai mereka mulai tumbuh menjadi elang dewasa. Suatu ketika mereka sedang kejar -kejaran bersama ayam- ayam itu, terbanglah diudara seekor elang dewasa sambil mengeluarkan suara keras. Sesekali elang itu terbang bermanuver atau meliuk dan menukik. Kemudian seekor ayam berkata: Lihat ia memiliki cakar yang kuat, kaki yang kokoh, cakar yang tajam, paruh dan sayap yang kuat. Ia kelihatah gagah ketika sedang terbang. Kedua induk itupun berkata ia adalah raja segala burung. Setelah induk -induk ayam berkata begitu, tiba -tiba seekor ayam muda berkata: " lihat mereka berdua sama dengan elang yang terbang mengangkasa itu". Lalu ayam-- - ayam itu mengajak elang yang pertama untuk belajar terbang. Kata mereka: ayo kita ke bukit, disana elang pertama akan belajar terbang. Setelah sampai di bukit elang itu disuruh berlari sambil merentangkan sayapnya. Namun ia hanya terbang beberapa meter lalu jatuh dan mengalami luka -luka. Cerita ini diketahui oleh para tetua. Mereka memanggil elang itu dan berkata: kamu itu ayam. Para tetua itu sangant marah. Elang itu juga dicibir dan diejek oleh ayam- ayam yang sebaya dengannya. Demikian elang itu hidup sampai tua dan mati merasa diri sebagai seekor ayam. Sedangkan elang yang kedua bersikap berbeda. Ketika diajak teman- - temannya , ayam - ayam seusianya untuk latihan terbang, ia bersikap tekun, sabar, gigih, dan ulet. Meskipun bayak tekanana ia tetap bersabar. untuk belajar terbang. Kemudian ayam ayam itu berkata pada elang yang kedua. Ayo kita belajar terbang di bukit. Nanti kalau ada anging baru kamu terbang. Ayam -ayam itu membagi tugas, ada yang memberi tahu ketika angin datang, yang memberi aba- aba agar elang mengambil ancang- - ancang bersiap untuk terbang. Saat angin datang ia mencoba terbang namun jatuh beberapa kali. Ia tidak patah semangat, ia mencoba lagi. Kemudian ia bisa terbang diudara dan mengangkasa. Ayam itu berkata waw, ia bisa terbang seperti elang yang dewasa yang pernah mereka lihat sebelumnya. Kemudia ayam yang lain berkata kita juga bisa terbang seperti dia. Kita memiliki cakar, kaki, sayap sama dengan dia. Satu hal lagi kita tumbuh dewasa bersama dengan dia. Ayam-- ayam itu juga mencoba untuk terbang. Mereka berbaris di atas bukit sambil menunggu angin dantang. Saat angin tiba mereka berlari dan mencoba untu terbang. Apa yang terjadi??, ada yang terbang hanya beberapa meter kemudian kakinya patah, keseleo, sayapnya patah, leher bengkok, kepala berdarah -darah sakit dada, tergantung di pepohan, paruh bengkok dan patah, jatuh sakit hingga dikurung, gagal jantung, usus turun,, menjadi sakit kemudian terkena virus, buluh tercabut - cabut dsb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar

Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 %   perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009). Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat.   Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia

The Way of the Heart

                                                                     The Way of the Heart                                                            (Tulisan di bawah ini dari FB saya) Menurut Jules Chevalier masalah sosial yang dialami masyarakat Perancis setelah revolusi di abab 18 adalah individualitas, egoisme dan sikap acuh tak acuh.Ia menganalogikan masalah-masalah tersebut seperti penyakit atau wabah. Untuk mengatasi masalah tersebut menurutnya Hati Kudus Yesus adalah obatnya.Orang perlu berdevosi kepada Hati Kudus Yesus untuk menghadapi masalah tersebut. Namun yang ia maksudkan adalah sebuah gaya hidup menurut hati atau cara hidup menurut hati (the way of the heart) yang bersumber pada hati Kudus Yesus, bukan semata-mata perbuatan ritual atau kultus. Kemudian saat ini ada sekelompok orang yang ingin spiritualitas tersebut relevan dengan permasalahan hidup yang dihadapi oleh umat dan masyarakat. Hal itu berpengaruh pada proses menjadikan Jules Chevalier sebagai ora

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama Katolik. Jantje Rasuh Abstrak Generasi muda merupakan tulang punggung Gereja, bangsa dan negara. Eksisnya Gereja akan ditentukan oleh generasi mudanya.   Begitu juga dengan pelayanan pastoral Gereja Katolik yang membutuhkan orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis. Guru agama Katolik berperan penting dalam pewartaan iman Katolik melalui kesaksian hidup, pendidikan dan pengajaran. Kurangnya orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi orang muda Katolik terhadap guru agama dan katekis. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Atas   Yoanes XXIII Merauke dan SMA Yos Sudarso Merauke. Responden berjumlah 214 orang kelas X sampai XII, terdiri dari 145 siswa SMA Yoanes XXIII dan 69 siswa SMA Yos Sudarso. Pengambilan data dengan metode angket, yaitu angket persepsi terhadap guru agama Katolik dengan nilai reliabilitas Internal