Kau
bertanya pada ku apa itu Omnibus? Ada 2 jawaban saya yaitu: pertama
menurut kamus bahasa Inggris dan kedua menurut pengalaman. Menurut kamus
Omnibus berarti bus penumpang, kumpulan karangan, yang meliputi berbagai
hal. Beberapa hari ini kata itu diucapkan oleh beberapa menteri yang
baru dilantik di TV. Pada pelantikan presiden beberapa hari yang lalu
juga diucapkan oleh presiden Jokowi ketika berpidato. Tetapi sebenarnya
kata itu seingat saya, pertama kali saya mengetahuinya ketika saya belajar mata kuliah statistik II saat masih menjadi
mahasiswa di Fakultas Psikologi USD. Saat itu materi yang dipelajari
adalah Anava atau analisis varians. Metode ini pada awalnya banyak
dikembangkan di bidang pertanian dan R.A. Fisher mengembangkanya
kemudian dipublikasikan pertama kali pada tahun 1923. Dalam teknik ini
yang dilakukan adalah memilah, mengisolasi dan mengidentifikasi variasi
yang teramati pada Dependent Variable (variabel tergantung) akibat
pengaruh satu atau lebih Independent Variable (variabel bebas). Misalnya
seorang peneliti mau membandingkan efektifitas 4 metode pembelajaran
berupa: (1) tanya jawab; (2) studi pustaka; (3) Learning by experience;
(4) Foto/Video, untuk mengukur pengaruh 4 metode tersebut terhadap
penguasaan materi salah satu bagian mata pelajaran atau matakuliah.
Eksperimen ini harus dilakukan lebih dari dua kelompok dengan
latar belakang yang sama. Misalnya kelas 11atau kelas 2 SMA pada beberapa sekolah yang
berbeda. Setelah itu data hasil pengukuran diuji perbedaan jumlah
Kuadrat atau Mean Kuadrat. Selanjutnya rumusnya dapat dilihat pada
buku-buku statistik yang membahas analisis varians. Andaikan setelah
penelitian Fo > Ft, berarti Ho ditolak: Mean penguasaan materi dari
bagian matapelajaran atau mata kuliah keempat kelompok berbeda. Berarti
metode belajar mengpengaruhi hasil bejar siswa atau mahasiswa. Namun
informasi yang diperoleh dengan pengujian itu masih bersifat Omnibus atau
Over-all atau global. Jadi masih diketahui secara umum. Peneliti belum mengetahui persis metode mana yang signifikan.Untuk itu perlu
teknik lebih lanjut (post-hoc tests atau aposteriori tests) untuk mengetahui dari 4 metode itu mana yg paling
signifikan mengpengaruhi hasil belajar. Misalnya menggunakan
tes Scheffe. Teknik Scheffe merupakan salah satu tes aposteriori yang cukup ketat atau rigorous.
Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 % perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009). Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia
Komentar
Posting Komentar