Langsung ke konten utama

Lanjutan The Game

Keterangan foto tidak tersedia.The Game
Gambar di bawah ini adalah tes melengkapi gambar atau Wartegg. Dalam tes ini terdapat 8 stimulus yaitu: stimulus 1; Titik, stimulus 2; garis kecil menggelombang, stimulus 3; Tiga garis kecil yang menaik secara teratur, stimulus 4; segi empat hitam, stimulus 5; dua garis miring yang berhadapan, stimulus 6; garis-garis horizontal dan vertikal, stimulus 7; titik-titik membentuk setengah lingkaran, stimulus 8; garis lengkung. Tes ini sebenar alat ukur proyektif yang mau mengungkapkan profile testee dengan analisis profile berupa: emosi, imajinasi, intelek, dan aktifitas yang kemudian terjabarkan dalam dinamika psikologis melalui melengkapi gambar namun mengandung konflik dan dinamika. Akan teapi tes ini digunakan dalam sebuah permainan yang memakan korban (tumbal), kasus prostitusi dan korupsi, dll. Stimulus yang dimainkan berhubungan dengan saya yaitu stimulus 5. Stimulus ini dapat dibuat menjadi jalan, bangunan, rumah atau gedung, alat transportasi (darat, laut, udara). Selain itu juga stimuli ini masuk kelompok yang memiliki kualitas konstruksi teknik atau disebut kelompok stimulus maskulin. Jika subjek menyelesaikan stimulus ini dengan gambar bersifat teknik berarti ia cenderung memiliki afinitas kualitas tersebut. Sedangkan kalau gambar organik (hidup) berarti ia cenderung memiliki sensibilitas atau kepekaan yang terganggu. Dalam permainan orang yang mendapatkan uang untuk membangun atau membeli alat-alat (transportasi) yang berhubungan dengan teknikal atau dalam bentuk pekerjaan. Untuk itu ada yang menjadi korban. Hal ini berhubungan dengan stimulus 2, yang dibuat menjadi gambar tikus yang bersembunyi di batu besar sehingga hanya ekor yang kelihatan. Artinya, orang yang menerima uang adalah tikus, dan yang akan dikorbankan adalah batu. Oleh karena itu permainan ini banyak digunakan oleh mereka yang membangun rumah, jalan dan yang terkait dengan pemanfaatan batu, misalnya tempat parkir kendaraan. Begitulah permainan dalam kelompok, keluarga, antar kelompo dsb. Siapa yang kalah atau lemah akan menjadi korban.


The Game.... 15 Mei 2021
Judul disertasi di bawah ini yaitu: Attribution Following Success/Failure and Task-Performance. The Myth of Modesty in a Group Javanese College Students. Variabel-variabelnya banyak digunakan sebagai "permainan" dari berbagai kalangan mulai dari berpendidikan rendah sampai berpendidikan tinggi. The Myth of modesty adalah variabel yang paling populer. Penggunaannya sesuai dengan tingkat kecerdasan atau pendidikan. Misalkan isu yang dimainkan berupa: isu sosial antara lan; kematian seseorang, korupsi, hoax, provokasi, cerita kebohongan, prostitusi, penggunan obat terlarang, alkohol, kekerasan fisik, hubungan semendah dll. Ada juga isu berhubungan dengan gangguan mental antara lain: Skizofrenia, psikotik, depresi, penyimpangan seksual (Fetishisme, Pedofilia, hubungan seks dengan binatang, dll.). hukum berhubungan dengan pembuatan undang-undang misalnya undang-undang tenaga kerja. Sedangkan yang berpendidikan tinggi "memainkan" variabel-variabel itu dalam bentuk penelitian. Contohnya variabel Task-Performance yang berhubungan dengan performansi kerja atau kinerja. Performansi kerja dibentuk oleh dua aspek yaitu: aspek tindakan dan hasil. Yang dimaksud dengan tindakan adalah apa yang dilakukan individu dalam lingkungan kerja. Nmun hanya tindakan yang terkait dengan Job Description. Hasil merupakan apa yang dihasilkan idividu berupa Soft produk atau Hard produk. Dengan demikian performasi kerja ialah hasil yang dicapai individu sesuai dengan peran tugasnya yang dilakukan pada periode tertentu berdasarkan nilai atau norma yang ditetapkan. Untuk menentukan tingkat pencapainya menggunakan penilaian Key Performance Indicator dengan metode SMART= Specific, Measureable, Attainable, Realistic, Timeliness. Performansi kerja itu dipengaruhi oleh motivasi, dan kecakapan kerja, Mischell, dalam Suhartono, E. (2004).
Rumusnya: P = f ( M X A ). Jika salah satu komponennya rendah maka kinerjanya cenderung rendah. Sedangkan menurut teori harapan hasil kerja ditentukan oleh perkalian antara harapan dan keinginan. O = E x V, O = Outcome / hasil (jumah produk), E = Expectancy/ harapan, V = Valence / keinginan akan hasil. Akibat dari hasil dapat berupa: peningkatan upah, promosi, pengakuan, kepuasan intrinsik dalam keberhasilan, penerimaan teman kerja (positif), sedangkan negatif: penolakan kerja, kelesuan, tekanan, kecelakaan kerja, dan pemecatan. Keinginan akan hasil adalah tingkat keinginan terhadap hasil dalam skala ordinal. Harapan berarti persepsi terhadap konsekwensi dari suatu perlakuan yang dipiih yakni hasil kerja. Di samping itu ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kinerja individu dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, kepribadian, pengalaman kerja, dan spiritual.
Awalnya permainannya hanya menggunakan judul disertasi itu, kemudian seluruh isi dari biografi singkat di bawah ini.
Keterangan foto tidak tersedia.
Suka
Komentari
Bagikan

26 Mei 2021

Disrtasi ini: Attribution Following Success / Failure and Task-Performance. The Myth of Modesty in a Group of Javanese College Students, mendapatkan penghargaan disertasi
terbaik
. Padahal menggunakan konsep τ – sukses yang berarti ketakutan untuk sukses atau takut sukses, dan mengartikan simbol τ (tau) adalah symbol untuk T, yakni skor murni. Arti yang sebenarnya berdasarkan teori skor murni klasik τ – sukses berarti skor murni dari variable sukses yang diperoleh melalui pengukuran pada populasi. Sedangkan T-sukses adalah skor murni dari variable sukses yang diperoleh dari pengukuran terhadap sampel.
Kabarnya 3 penguji disertasi ini 2 orang lancar berbahasa tagalog tetapi kurang lancar berbahasa inggris. Sedangkan penguji yang satu seorang profesor yang lancar berbahasa inggris namun sudah lanjut usia, penglihatannya agak kabur dan lupa bawah kaca mata. Ada di bawah bantal. Psychological Association of the Philippines dan American Psychological Association begitu mudah percaya isu bahwa penelitian disertasi ini sangat terasa di Indonesia. Saya juga terkena efek dari penelitian ini. Saya yang memiliki kulit seperti sawo matang langsung menjadi putih berkilau seperti kristal. Selain itu kepala saya pernah dipukul dengan batu dan beberapa kali diracuni karena berhubungan dengan prestasi belajar, takut kalau saya sukses dalam pendidikan.
Suka
Komentari
Bagikan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar

Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 %   perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009). Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat.   Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia

The Way of the Heart

                                                                     The Way of the Heart                                                            (Tulisan di bawah ini dari FB saya) Menurut Jules Chevalier masalah sosial yang dialami masyarakat Perancis setelah revolusi di abab 18 adalah individualitas, egoisme dan sikap acuh tak acuh.Ia menganalogikan masalah-masalah tersebut seperti penyakit atau wabah. Untuk mengatasi masalah tersebut menurutnya Hati Kudus Yesus adalah obatnya.Orang perlu berdevosi kepada Hati Kudus Yesus untuk menghadapi masalah tersebut. Namun yang ia maksudkan adalah sebuah gaya hidup menurut hati atau cara hidup menurut hati (the way of the heart) yang bersumber pada hati Kudus Yesus, bukan semata-mata perbuatan ritual atau kultus. Kemudian saat ini ada sekelompok orang yang ingin spiritualitas tersebut relevan dengan permasalahan hidup yang dihadapi oleh umat dan masyarakat. Hal itu berpengaruh pada proses menjadikan Jules Chevalier sebagai ora

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama

Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama Katolik. Jantje Rasuh Abstrak Generasi muda merupakan tulang punggung Gereja, bangsa dan negara. Eksisnya Gereja akan ditentukan oleh generasi mudanya.   Begitu juga dengan pelayanan pastoral Gereja Katolik yang membutuhkan orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis. Guru agama Katolik berperan penting dalam pewartaan iman Katolik melalui kesaksian hidup, pendidikan dan pengajaran. Kurangnya orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi orang muda Katolik terhadap guru agama dan katekis. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Atas   Yoanes XXIII Merauke dan SMA Yos Sudarso Merauke. Responden berjumlah 214 orang kelas X sampai XII, terdiri dari 145 siswa SMA Yoanes XXIII dan 69 siswa SMA Yos Sudarso. Pengambilan data dengan metode angket, yaitu angket persepsi terhadap guru agama Katolik dengan nilai reliabilitas Internal