Langsung ke konten utama

Delusi Grandeur


                                                                     Delusi Grandeur

Tulisan di bawah ini pernah menjadi konten FB saya.


Ada fenomena yang menarik yang mengemuka pada saat ini yaitu Delusi Grandeur (waham kebesaran). Hal itu terkait dengan kewenangan bertindak, misalkan seseorang terlalu memaksakan diri untuk jabatan tertentu atau melakukan sesuatu yang bukan kewenangannya karena merasa punya kemampuan istimewa, hak istimewa (raja). Orang yang mengalami gangguan waham kebesaran merasa diri punya kemampuan istimewa, terpanggil dalam misi-misi penyelamatan, pembaruan sosial, politik, diutus oleh Tuhan, pahlawan, superhero dan sebagainya. Penderita tampak normal dalam berbicara, mengungkapkan emosi, dan bertingkah laku lainnya, serta terkesan meyakinkan, misalnya: eksekutif perusahan atau profesional yang licik, tokoh-tokoh politik, agama yang fanatik, pasangan kekasih atau suami istri yang pencemburu, penjahat berdarah dingin, dan sebagainya. Mereka terlibat dalam tindakan-tindakan subversif-kriminal, penuh kekerasan, pemalsuan, penggelapan pajak, terorisme, pembunuhan dan sebagainya.
Selain itu juga nampak pada mereka yang melakukan hubungan seks sedarah (incest), perbuatan itu didasarkan pada paham bawah hubungan tersebut dilakukan dikalangan bangsawan, kerajaan, untuk menjaga keturunan murni. Dengan begitu mereka merasa bangsawan atau keturunan raja, kerajaan tertentu.
Menurut Ulmann dan Krasner definisi abnormal atau gangguan jiwa dapat juga dilihat secara hukum selain definisi yang lain (Statistik, medis, psikoanalitis, sosiokultural. Definisi hukum digunakan untuk menentukan apakah seseorang sudah harus dimasukan ke penjara, rumah sakit jiwa tempat reabilitas (institusi khusus) atau tidak. Ada tiga hal yang menjadi patokan yaitu, kompeten, berhubungan dengan penyakit dan tanggungjawab, serta Comitment. 
-Kompeten berhubungan dengan kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk melakukan perbuatan hukum, misalnya menandatangani kontrak kerja atau suata perjanjian, pernyataan dan surat kuasa.
-Berhubungan dengan penyakit dan tanggung jawab: misalnya, seseorang yang melakukan tindakan kriminal dalam keadaan sadar dan memiliki IQ normal meskipun sakit flu, secara hukum dianggap bertanggungjawab atas perbuatan melawan hukum.
-Comitment: menyangkut pada penentuan kapan seseorang harus dimasukkan ke dalam penjara, rumah sakit jiwa atau perawatan khusus (tempat rehabilitas). Untuk menentukan ketiga kriteria di atas memerlukan orang yang kompeten atau berwenang (bevoeg). 3 agustus 2019



·         Waham kebesaran, adalah keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya meyakini bahwa dia adalah raja sedunia, dia adalah penguasa alam semesta, dan sebagainya.

Jika suatu kelompok, organisasi baik kecil maupun besar kalau beberapa anggotanya mengalami gangguan waham kebesaran atau Delusi grandeur maka yang terjadi adalah kekacauan kemudian bubar. Hal itu dapat terjadi pada hidup berkeluarga, organisasi atau komunitas keagamaan, poitik, masyarakat luas, bahkan suatu bangsa dan negara Memang bagi mereka yang mendengar atau melihat dari kejauhan itu mungkin suatu lelucon atau menjadi cerita yang lucu di meja makan, ruang tamu dan tempat lainnya. Tapi bagi seseorang yang mengalami sendiri hidup bersama orang-orang yang mengalami gangguan waham kebesaran dan gangguan mental / jiwa seperti yang diuraikan dalam ICD-10 dan DSM-IV itu merupakan penderitaan, belenggu, kesengsaraan. Dengan begitu, hidup itu seperti pendapat ini: 'hidup adalah tragedi bila dilihat dari dekat, tetapi ia komedi saat dipandang dari jauh' (Charlie Chaplin, 1988-1977).  6 Agustus 2019.


Selain itu juga yang mengalami gangguan waham kebesaran berperilaku memfitnah, membenci, menghina, semena-mena, memalsukan, mencuri, korupsi, kemudian saling membunuh lalu bubar atau punah. 9 agustus 2019.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keabsahan

                                                                               Keabsahan Berdasarkan ijazah S1 saya dengan nomor seri ijazah: 16278/SD/F.Psi./05 yang dikeluarkan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, saya dinyatakan lulus S1 psikologi tanggal 30 Juni 2005. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terakreditas pada tanggal 23 Juni 2000 berdasarkan keputusan badan akreditas nasional perguruan tinggi Depertamen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor: 012/BAN-PT/AK-IV/VI/2000. Masa berlaku akreditas itu jangka waktunya 5 tahun dan akan berakhir pada tanggal 23 Juni 2005. Jika ditinjau dari masa berlaku akreditas Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma / USD ijazah S1 saya dikeluarkan atau saya dinyatakan lulus S1 psikologi setelah masa berlaku akreditas telah jatu tempo. Artinya telah lewat 7 hari.             Akan tetapi saya lulus ujian sarjana pada tanggal 7 Juni 2005, telah menyelesaikan semua persyaratan akademik untuk me

Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar

Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 %   perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009). Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat.   Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia

Lanjutan The Game

The Game Gambar di bawah ini adalah tes melengkapi gambar atau Wartegg. Dalam tes ini terdapat 8 stimulus yaitu: stimulus 1; Titik, stimulus 2; garis kecil menggelombang, stimulus 3; Tiga garis kecil yang menaik secara teratur, stimulus 4; segi empat hitam, stimulus 5; dua garis miring yang berhadapan, stimulus 6; garis-garis horizontal dan vertikal, stimulus 7; titik-titik membentuk setengah lingkaran, stimulus 8; garis lengkung. Tes ini sebenar alat ukur proyektif yang mau mengungkapkan profile testee dengan analisis profile berupa: emosi, imajinasi, intelek, dan aktifitas yang kemudian terjabarkan dalam dinamika psikologis melalui melengkapi gambar namun mengandung konflik dan dinamika. Akan teapi tes ini digunakan dalam sebuah permainan yang memakan korban (tumbal), kasus prostitusi dan korupsi, dll. Stimulus yang dimainkan berhubungan dengan saya yaitu stimulus 5. Stimulus ini dapat dibuat menjadi jalan, bangunan, rumah atau gedung, alat transportasi (darat, l