Langsung ke konten utama
Confession
Catatan: tulisan yang saya beri judul lanjutan C the Code...... diposting pada tanggal 22 Maret 2021 adalah sebuah treatment sebagaimana dalam penelitian eksperimen. Pada tulisan itu ada beberapa pendapat yang sengaja dibuat keliru. Misalnya pengertian tentang "essentially τ-equivalent" dan simbol-simbol yang berkaitan dengan populasi dan sampel. Untuk itu saya akan memperbaikinya sebagai berikut:
X = T + E merupakan asumsi 1 dari teori skor murni klasik atau dikenal juga dengan teori "True and Error Scores". X merupakan skor tampak atau yang diamati ("obtained score"). T = True score atau skor murni. E = error atau kesalahan pengukuran. Misalkan akan mengukur atribut atau variabel Achievement yang merupakan bagian yang diamati atau diukur pada Crystal Award. Definisi operasional dari Achievment adalah - menyelesaikan sesuatu yang sulit, menguasai, memanipulasi atau mengatur benda-benda fisik, manusia atau ide-ide. - Melakukan hal-hal di atas secepat dan semandiri mungkin, mengatasi rintangan-rintangan dan mencapai standar yang tinggi, mengungguli orang lain, meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berasil. - Bekerja mencapai suatu tujuan dengan energi dan daya tahan dan kepastian tujuan. -Menetapkan standar perilaku yang tinggi untuk diri sendiri dan bekerja secara mandiri untuk mencapai standar itu. - Menguasai hambatan atau menguasai situasi, memanipulasi objek atau orang. - Menuntaskan suatu pekerjaan secara prima. - Menjadi ambisius, kompetitif dan penuh aspirasi. Hal-hal di atas dapat menjadi suatu indikator penilaian dengan skala, misalkan skala interval dari yang sangat tinggi =5, tinggi =4, cukup tinggi =3, rendah=2, sangat rendah =1. Dengan demikian akan terbentuk skala Achievement, tentu dengan mengikuti langkah-langkah atau kaidah-kaidah pembuatan skala. Kalau skalanya berjumlah 20 item berarti skor tertinggi yang akan diperoleh subjek penelitian berjumlah 100 dan skor terendah adalah 20. Misalkan ada 50 subjek atau n= 50, yang menjadi subjek penelitan, kemungkinan akan ada distribusi variasi skor dari ke-50 orang tersebut atau hasilnya berbeda-beda. Total skor yang diperoleh 50 subjek penelitian itulah disebut X, sedangkan T adalah mean atau nilai rata-rata dari n=50, contohnya sebagai berikut:
Subjek               Aitem1        Item 2     Aitem 3 ------> dst.       Aitem 20             X
1                             5              4                 5                                        5                 90
2                             5              4                  3                                       4                 88
3                             4              3                  5                                       4                 85
Dst.
50                           4              3                   2                                      4                 40
Jika tes yang sama dikenakan berkali-kali pada ke 50 subjek tadi dan memperoleh mean yang sama, itu berarti skalanya memiliki konsistensi yang tinggi. Itulah asumsi 2 dari teori klasik Ɛ (X) = T, expected value of X, nilai harapan X.
Sedangkan E merupakan penyimpangan skor tampak dari skor harapan teoretik yang terjadi secara random atau terjadi tidak secara sistematik, dalam hal ini dikenal dengan standard deviasi (SD). Faktor yang mengpengaruhi terjadi Error ialah susasana hati, kondisi tubuh, Social Desirability, Bias, Halo Error, Halo Effect, lingkungan dll.
Dalam skala penilaian juga berlaku prinsip yang sama. Misalkan seseorang akan diamati oleh beberapa observer (pengamat) tentang atribut Achievement dalam dirinya dengan menggunakan skala Achievement seperti di atas. Jika observer ada 10 berarti ada jumah 10 hasil penilaiannya, ini adalah X. T -nya rata-rata dari jumlah total 10 penilaian. Sedangkan E adalah simpangan baku.
Menurut Gregory, 1996, dalam Supratiknya, 1998, ada 2 faktor yang mengpengaruhi skor-skor hasil pengukuran yaitu: faktor-faktor penunjang (contribute) konsistensi berupa aneka atribut yang stabil dari si individu (testi), dan faktor yang menunjang inkonsistensi berupa aneka ciri dari si individu, tes atau situasi yang tidak ada kaitannya dengan atribut yang diukur namun berpengrauh pada skor-skor tes.
Asumsi 3: ρET = 0, distribusi eror pengukuran E dan skor murni tidak berkorelasi satu sama lain. T tinggi tidak selalu mempunyai E positif atau E negatif. ρ dibaca Rho, huruf Yunani, simbol dari Koefisien korelasi Populasi, sedangkan r simbol dari korelasi sampel. Populasi adalah sebagian atau kseluruhan subjek benda mati maupun hidup yang memiliki kualitas atau karakteristik kurang lebih sama. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dengan metode tertentu: Probability Sampling atau Nonprobability Sampling.
Asumsi 4: ρE1 E2 = 0 , E1 pada pengkuran pertama dan E2 pada pengukuran ke-2 tidak berkorelasi. Artinya nilai eror atau kesalahan pengukuran paa tes pertama tidak mengpengaruhi kesalahan pengkuran pada tes ke-2 yang dilakukan pada populasi yang sama dengan tes yang sama.
Asumsi 5: ρ E1 T2 =0. Eror skor pada tes pertama E1 tidak berkorelasi dengan skor murni paa tes ke 2. Artinya eror pada E1 tiak disebabkan atau dipengaruhi oleh T2.
Ters Paralel, memiliki nilai T yang setara yaitu T= T, σ² = σ²e atau kedua tes tersebut Memiliki essentially τ-equivalent, T1 =T2 maka berlaku T1 = T2 + C (bilangan constant), walaupun demikian, korelasi skor-skor pada kedua tes paralel tidak harus sama persis.
Yang dimaksud dengan essentially τ-equivalent adalah dua alat tes paralel yang memiliki skor murni setara. Skor murni setara itu berasal dari parameter yang merupakan turunan dari definisi teoretis dan operasional. Untuk penjelasan dapat dipahami melaluli proses atau langkah-langkah pembuatan atau penyusunan alat tes, yaitu : Pertama, penetapan tujuan atau definisi teoretis dari suatu variabel. Kedua: membuat definisi operasional dengan pembatasan kawasan (domain) ukur dengan menetapkan komponen-komponen atau dimensi, aspek-aspek dari definisi operasional. Penjelasan komponen-komponen itu maksudnya untuk membuatnya lebih konkret sehingga dapat diukur dalam bentuk indikator-indikator atau parameter. Hal inilah yang dimaksud sebagai populasi atau parameter τ (tau) dari variabel yang merupakan sumber penulisan aitem atau dapat dikatakan jumlah "populasi" aitem dari suatu variabel.
Aitem-aitem kemudian disusun berdasarkan indikator-indikator atau parameter. Namun aitem-aitem yang akan digunakan hanya yang representasi, yang mewakili (sampling validity, atau Logical Validity) dari aspek-aspek yang diukur pada suatu variabel sebagaimana ditetapkan pada domainnya atau kawasan ukur. Sampel perilaku ini adalah T atau sejumlah aitem yang telah dipilih berdasarkan Sampling Validity, atau Logical Validity. Jadi pengertian simbol τ (tau) dan T memiliki dua arti. Pertama, dalam pengertian penentuan jumlah aitem dimana τ (tau) berarti populasi aitem dari suatu atribut, variabel, dan kedua dalam jumlah subjek 👎 yang diteliti yaitu skor murni dari pengukuran suatu populasi. Sedangkan T, pertama berarti sampel dari indikator-indikator atau parameter dari definisi oprasional variabel. Kedua, T merupakan simbol dari sampel perilaku skor dari sekelompok orang 👎 yang diteliti yang dijadikan sebagai sampel.
Dari penjelasan di atas "essentially τ-equivalent" berarti ada dua alat tes yang keduanya bertujuan mengukur satu variabel misalmya atribut Achievement seperti contoh sebelumnya. Dalam alat ukur atau skala tersebut terdapat 20 aitem. Aitem-aitem itu disusun berdarkan indikator-indikator τ (tau) dan Sampling Validity atau Logical Validity (T). Artinya ke-20 aitem itu dipandang mewakili, representasi atau sampel perilaku dari aspek-aspek variabel achievement. Perilaku (populasi) yang berhubungan dengan atribut Achievement jumlahnya bisa ribuan bahkan lebih. Oleh karena itu hanya dipilih aitem-aitem yang dianggap esensial atau mewakili aspek-aspek yang diukur (Sampling Validity). Jadi ada 2 tes berbeda secara bunyi kalimat aitem-aitemnya namun memiliki arti, skomuni yang pada dasarnya sama meskipun jumlah aitemnya tidak selalu sama. Misalnya tes 1 aitem-aitemnya berjumlah 20 dan tes 2 berjumlah 24.
Contoh: salah satu aitem pada tes 1, "saya menyukai pekerjaan yang membutuhkan gagasan baru", pada tes 2 : "Saya meyukai pekerjaan yang memerlukan kreativitas" Pertanyaan bagaimana membuatnya. Aitem-aitem itu biasanya dibuat oleh mahasiswa yang melakukan penelitian atau peneliti, kemudian dikonsultasikan pada minimal 3 orang ahli di bidang tersebut atau Judgements Expert, Psikometris.
Sedangkan pengertian dari T1 = T2 + C. Misalkan ada dua alat tes yang mengukur atribut Self Esteem namun jumlah aitemnya berbeda atau pada jumlah pilihan jawaban pada setiap aitem salah satu tes lebih banyak. Untuk membuat skor murninya setara perlu ada nilai constant yang akan ditambahkan pada salah satu alat tes yang dikerjakan testi, setiap testi mendapat tambahan skor murni. Ciri-ciri dari "essentially τ-equivalent":
1. Dapat memiliki "error variances" berbeda besarannya.
2. Salah satu tes bisa mengukur "true scores" lebih akurat dibandingkan dengan tes lain yang pada dasarnya memiliki skor murni yang setara).
3. Dua tes yang memiliki skor-murni setara tidak harus merupakan paralel tes.
σ dibaca sigma simbol standar deviasi dari populasi, sedangkan untuk sampel simbolnya: s. τ dibaca tau. Berikut simbol-simbol yang digunakan dalam teori skor murni klasik dari Allen & Yen (1979):
Sampel / statistik                   Populasi / Parameter                     Arti
T                                               τ (tau)                                    Skor murni
s                                               σ (Sigma)                              Simpangan baku
r                                                 ρ (Rho)                                        Korelasi
n                                                N                                             Jumlah subjek
 
 
Sumber: untuk penjelasan simbol-simbol
Azwar, S. (2012). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutrisno Hadi. (2001). Statistik. Jilid 2. Yogyakarta: Andi.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keabsahan

                                                                               Keabsahan Berdasarkan ijazah S1 saya dengan nomor seri ijazah: 16278/SD/F.Psi./05 yang dikeluarkan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, saya dinyatakan lulus S1 psikologi tanggal 30 Juni 2005. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terakreditas pada tanggal 23 Juni 2000 berdasarkan keputusan badan akreditas nasional perguruan tinggi Depertamen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor: 012/BAN-PT/AK-IV/VI/2000. Masa berlaku akreditas itu jangka waktunya 5 tahun dan akan berakhir pada tanggal 23 Juni 2005. Jika ditinjau dari masa berlaku akreditas Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma / USD ijazah S1 saya dikeluarkan atau saya dinyatakan lulus S1 psikologi setelah masa berlaku akreditas telah jatu tempo. Artinya telah lewat 7 hari.             Akan tetapi saya lulus ujian sarjana pada tanggal 7 Juni 2005, telah menyelesaikan semua persyaratan akademik untuk me

Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar

Permasalaha Anak Usia Sekolah Dasar Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 %   perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009). Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat.   Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia

Lanjutan The Game

The Game Gambar di bawah ini adalah tes melengkapi gambar atau Wartegg. Dalam tes ini terdapat 8 stimulus yaitu: stimulus 1; Titik, stimulus 2; garis kecil menggelombang, stimulus 3; Tiga garis kecil yang menaik secara teratur, stimulus 4; segi empat hitam, stimulus 5; dua garis miring yang berhadapan, stimulus 6; garis-garis horizontal dan vertikal, stimulus 7; titik-titik membentuk setengah lingkaran, stimulus 8; garis lengkung. Tes ini sebenar alat ukur proyektif yang mau mengungkapkan profile testee dengan analisis profile berupa: emosi, imajinasi, intelek, dan aktifitas yang kemudian terjabarkan dalam dinamika psikologis melalui melengkapi gambar namun mengandung konflik dan dinamika. Akan teapi tes ini digunakan dalam sebuah permainan yang memakan korban (tumbal), kasus prostitusi dan korupsi, dll. Stimulus yang dimainkan berhubungan dengan saya yaitu stimulus 5. Stimulus ini dapat dibuat menjadi jalan, bangunan, rumah atau gedung, alat transportasi (darat, l